Tuesday, January 10, 2006

Makna Berkurban - oleh Nurcholis Madjid

KETIKA krisis keuangan yang diikuti krisis ekonomi menimpa negara-negara Asia (timur) pada tahun 1997, kita melihat fenomena menarik di beberapa negara di kawasan tersebut. Di Korea Selatan misalnya, kesulitan ekonomi pada saat itu telah mendorong begitu banyak warga negaranya menyumbangkan harta kekayaannya kepada pemerintah sebagai bentuk kepedulian akan kondisi yang berkembang saat itu. Fenomena serupa kita dapati juga di Thailand.
Di Indonesia, meskipun ada juga beberapa orang yang berbuat serupa, namun begitu kecil dan tidak signifikan sehingga hanya berkesan simbolik saja. Terlepas dari latar belakang politik dan budaya di negara-negara tersebut, hal itu tentu menimbulkan pertanyaan akan komitmen bangsa kita dalam menghadapi kesulitan bersama. Sepertinya setiap orang di negeri ini sibuk dengan kepentingan masing-masing, bahkan menempuh segala macam cara untuk keberhasilannya.Kondisi seperti ini tidak bisa kita diamkan terus. Kita harus menumbuhkan komitmen bersama untuk mengatasi persoalan tersebut hingga menuju ke arah yang lebih baik. Konsekuensi dari sebuah perjuangan tentulah memerlukan banyak pengorbanan. Komitmen dan pengorbanan dari segenap komponen bangsa itulah yang kita perlukan saat ini, dengan cara mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan dan kesenangan pribadi atau golongan.
Momentum Idul Adha yang akan dilaksanakan oleh umat Islam hari ini, seyogianya menjadi renungan kita bersama dalam menumbuhkan komitmen kebangsaan ini. Dari sisi sejarah, hari Kurban merupakan peringatan atas pengalaman rohani Nabi Ibrahim AS bersama anaknya, Ismail dan istri beliau, Siti Hajar, dalam menghadapi kesulitan akibat kekeringan di daerah Makah.
Dalam bentuknya yang lebih lengkap, peringatan pengalaman tersebut dilaksanakan di Tanah Suci berupa ibadah haji bersama-sama oleh segenap umat Islam dari segala penjuru dunia. Berkurban- yang pada masa Nabi Ibrahim disimbolkan dengan mengorbankan seekor domba - memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang begitu indah dan agung. Diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahim melalui mimpi yang haq untuk menyembelih anaknya, Ismail. Perintah itu sekaligus ujian bagi Nabi Ibrahim untuk rela mengorbankan anaknya demi memperoleh rida Allah. Dan Nabi Ibrahim berhasil membunuh ìberhalaî rasa cinta kepada anaknya demi memperoleh rida Allah, yang kemudian Allah mengganti kurban tersebut dengan seekor kambing.
Ini seharusnya menjadi teladan bagi kita karena kecintaan kepada anak yang berlebihan dapat membuat kita berbuat kezaliman-kezaliman sosial, terutama korupsi, kolusi, dan nepotisme, seperti banyak terjadi dalam kehidupan keseharian di negeri ini. Hikmah LainHikmah lain dari kisah tersebut adalah ternyata kesediaan berkurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim bermuara pada kepedulian sosial. Artinya, kita harus sadar bahwa perintah kurban bukan sekadar suatu bentuk charity tanpa implikasi sosial yang jelas, melainkan sungguh suatu upaya menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dengan menyadari tujuan berkurban sembari memahami bahwa pada masa Nabi Ibrahim kambing atau hewan ternak secara umum merupakan simbol kekayaan yang paling tinggi yang dimiliki seseorang, maka pada saat ini semangat berkurban seharusnya jauh melampaui daripada sekadar mengurbankan seekor kambing.
Hal ini berangkat dari realitas sosial yang berkembang di masyarakat, yang masih banyak saudara-saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan, tingkat anak putus sekolah yang tinggi, kualitas kesehatan masyarakat yang rendah, dan realitas sosial lain yang begitu mengkhawatirkan. Dari kesadaran tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kembali rasa optimisme warga bangsa ini menuju kepada cita-cita kemandirian bangsa yang berkeadilan sebagai tujuan bernegara.

Seri DOA #2

DOA KETIKA MENGALAMI KEGAGALAN DALAM BISNIS #2
Adlun fii qodhoo as aluka bikulli ismin huwalaka sammaitabhi nafsuka, au anzaltahu fii kitabika.

Saturday, January 07, 2006

Seri DOA #1

DOA KETIKA MENGALAMI KEGAGALAN DALAM BISNIS #1
Allahumma innii 'abduka, ibnu 'abdika, ibnu 'amatika, naashiyatii biyadika, maadhi fii hukmuka.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun


Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, atas seluruh korban runtuhnya Gedung Hotel Ar-Rayihin Mekkah pada tanggal 5 Januari 2006, hanya kepada Allah SWT lah kita semua berpulang.

Friday, January 06, 2006

The Apprentice Indonesia


Kalau Indosiar menyebutnya bahwa acara The Apprentice Indonesia (TAI) itu hanya the reality show, saya mungkin menyebutnya dengan istilah yang lebih lain yaitu the serious reality show. Mengapa demikian? Pada awal-awal acara ini di-launch oleh Indosiar, saya sama sekali tidak suka, apa yang saya lihat dengan acara aslinya dengan TAI ini saya pikir sama sekali beda. Pada awal-awalnya, TAI masih banyak ................... (to be continued)

Monday, January 02, 2006

my DANGEROUS daughter !


Nabilah 'Abil' Nurjannah lahir di RS Harapan Kita Jakarta dengan bantuan Hasnah Siregar DOSG pada tanggal 17 Juli 1999, berarti sekarang ini umurnya kurang lebih 6,5 tahun. Istri saya ketika mengandung Abil, mengalami mual-mual selama 9 bulan! Umur 3 bulan pernah hampir tenggelam di kolam renang Bumi Wiyata Jakarta, umur 4 bulan seneng banget naik perahu dengan kakek apihnya di Pangandaran, umur 3 tahun sempat tenggelam juga di kolam renang Griya Tugu Asri, dan ....... umur 4,5 tahun juara renang 20 meter gaya bebas putri di Kolam Renang Gema Pesona Depok.
Alhamdulillah ya Allah,
KAU karuniai kami anak perempuan yang cantik, pintar, dan patuh pada orang tua.
inset foto : renang di Pesona Bali Hotel Anyer umur 3 tahun.

Sunday, January 01, 2006

Blue Ocean Strategy by Chan Kim & Renée Mauborgne

Companies have long engaged in head-to-head competition in search of sustained, profitable growth. They have fought for competitive advantage, battled over market share, and struggled for differentiation. Yet in today’s overcrowded industries, competing head-on results in nothing but a bloody “red ocean” of rivals fighting over a shrinking profit pool. In a book that challenges everything you thought you knew about the requirements for strategic success, W. Chan Kim and Renée Mauborgne contend that while most companies compete within such red oceans, this strategy is increasingly unlikely to create profitable growth in the future. Based on a study of 150 strategic moves spanning more than a hundred years and thirty industries, Kim and Mauborgne argue that tomorrow’s leading companies will succeed not by battling competitors, but by creating “blue oceans” of uncontested market space ripe for growth . Such strategic moves—termed “value innovation”—create powerful leaps in value for both the firm and its buyers, rendering rivals obsolete and unleashing new demand.


BLUE OCEAN STRATEGY provides a systematic approach to making the competition irrelevant. In this frame-changing book, Kim and Mauborgne present a proven analytical framework and the tools for successfully creating and capturing blue oceans. Examining a wide range of strategic moves across a host of industries, BLUE OCEAN STRATEGY highlights the six principles that every company can use to successfully formulate and execute blue ocean strategies. The six principles show how to reconstruct market boundaries, focus on the big picture, reach beyond existing demand, get the strategic sequence right, overcome organizational hurdles, and build execution into strategy. Upending traditional thinking about strategy, this landmark book charts a bold new path to winning the future.


Nine Key Points of Blue Ocean Strategy (BOS)


BOS is the result of a decade-long study of 150 strategic moves spanning more than 30 industries over 100 years (1880-2000).

BOS is the simultaneous pursuit of differentiation and low cost.

The aim of BOS is not to out-perform the competition in the existing industry, but to create new market space or a blue ocean, thereby making the competition irrelevant.

BOS offers a total set of methodologies and tools to create new market space.

While innovation has been seen as a random/experimental process where entrepreneurs and spin-offs are the primary drivers – as argued by Schumpeter and his followers – BOS offers systematic and reproducible methodologies and processes in pursuit of innovation by both new and existing firms.

BOS frameworks and tools include: strategy canvas, value curve, four actions framework, six paths, buyer experience cycle, buyer utility map, and blue ocean idea index.

These frameworks and tools are designed to be visual in order to not only effectively build the collective wisdom of the company but also to effectively execute through easy communication.

BOS covers both strategy formulation and strategy execution.

The three key conceptual building blocks of BOS are: value innovation, tipping point leadership, and fair process.